FEAR NOT (BAGIAN 1) – FEAR FACTOR
Ringkasan Khotbah Pdt. Yehaziel Silvanus Elnatan Osiyo, M.Th
MINGGU, 07 AGUSTUS 2022
FEAR FACTOR
Manusia tidak hanya kehilangan damai sejahtera ketika manusia jatuh dalam dosa tetapi mereka juga diliputi ketakutan oleh karena itu mereka bersembunyi dari hadirat Allah. Dosa membuat manusia dikuasai ketakutan. Ketika masih ada ketakutan di dalam hidup, maka hidup tidak bisa maksimal. Orang tua yang dikuasi ketakutan akan mempengaruhi kehidupan anak-anak di rumah. Kata FEAR jika diterjemahkan artinya takut, tetapi kepanjangan FEAR bisa diartikan sebagai False evidence appearing real – bukti-bukti palsu yang tampaknya seolah-olah nyata. Bukti palsu inilah yang membuat manusia menjadi takut dan menimbulkan kepanikan. Di dunia ini ada begitu banyak faktor yang bisa membuat kita takut. Pandemi ini belum berakhir, ketika akan memasuki masa endemi, covid meningkat lagi dan memicu kepanikan baru. Minggu lalu kita dingatkan untuk tidak panik dan takut, karena ketakutan membuat kita sulit mengenali apakah bukti yang sedang kita lihat ini palsu atau tidak.
Berbicara tentang panik dan ketakutan ada sebuah peristiwa yang dicatat dalam kitab Markus 4:35-41 (Angin rebut diredakan), tentangkepanikan dan ketakutan para murid ketika menghadapi terjangan badai di danau Galilea. Peristiwa ini terjadi ketika Yesus dan para muridNya menyeberangi danau Galiela – danau Galilea adalah danau yang sangat besar. Di ujung catatan peristiwa ini ternyata tidak hanya badai yang membuat para murid takut, tetapi mereka juga takut pada sosok Yesus yang sangat berkuasa, dimana angin dan danaupun taat pada-Nya.
Markus 4:37 “Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.”
Saat ini dunia dilanda kepanikan karena keadaan dunia tidak semakin membaik. Dunia sedang berjuang di tengah amukan taufan yang sangat dahsyat. Mungkin kita tidak berada di perahu yang sama, tetapi kita semua menghadapi badai yang sama. Perekonomian pasca covid yang masih terpuruk diperburuk dengan peperangan di Eropa Timur (Rusia – Ukrania).
Markus 4:35-36 “Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: “Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
Perjalanan menyeberangi danau Galilea bukanlah kehendak para murid, melainkan kehendak Yesus. Kepanikan akibat badai membuat para murid lupa bahwa mereka sedang berada pada kehendak Tuhan. Bahkan ketika taatpun masih ada tantangan/badai yang harus dihadapi. Firman Tuhan dalam Matius 16:24 berkata Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” ikut Tuhan itu pikul salib setiap hati. Jadi, pasti aka nada badai-badai yang harus kita terima, hadapi dan taklukan. Menerima artinya menjalani dengan tulus iklhas.
Dari kisah tentang penaklukan badai ini, Fear factor yang harus kita kenali adalah :
1. Yunus 1:1-3 “Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.” Yunus lari menjauhi kehendak Tuhan, dan ia harus menghadapi badai. Ketakutan kita seharusnya adalah :
- Ketika kehendak kita berseberangan dengan kehendak Tuhan
Bukan badai yang seharusnya kita takutkan. Ketakutan kita yang sebenarnya adalah ketika kehendak kita berseberangan dengan kehendak Tuhan. Dan menjadi sangat berbahaya ketika orang percaya dengan PD berseberangan dengan Tuhan – melakukan dosa dengan PD.
Semua kita menghadapi badai yang sama, jadi mari mengecek apakah kita sedang berseberangan dengan kehendak Tuhan. Jika kita ada dalam kehendak Tuhan maka kita bisa mengenali tujuan Tuhan dalam kehidupan kita.
- ketika kita gagal menemukan tujuan mulia Tuhan di dalam kehidupan kita di bumi ini.
Apa tujuan Allah dalam hidup saudara? Pengorbanan Kristus- darah Krisus yang mulia, pasti memiliki tujuan yang mulia dalam kehidupan kita. Jadi, mari mempersembahkan hidup yang maksimal, yang signifikan bagi kemuliaanNya.
Alkitab sudah menubuatkan bahwa akhir zaman dunia akan dihantam badai silih berganti. Badai dalam kehidupan akan terus ada. Pertanyaannya adalah apakah kita siap menghadapinya?
2. Markus 4:37 “Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
Perahu berkaitan erat dengan air dan di desain untuk mengapung. Ada mekanisme dimana ketika ada air yang masuk ada saluran yang disiapkan untuk membuang air itu. Permasalahan akan muncul ketika air mulai masuk dan tidak bisa dikeluarkan. Air bisa masuk karena kebocoran. Pada peristiwa badai yang di danau Galilea, para murid mengalami kepanikan yang besar karena banyaknya air yang masuk sehingga mereka lupa bahwa sebenarnya mereka masih aman karena perahu tidak mengalami kebocoran. Air yang banyak menjadi FEAR – bukti palsu yang seolah nyata. Ketakutan kita seharusnya adalah :
- Ketika kita “mengijinkan” hal-hal duniawai masuk ke dalam kehidupan kita.
Kebiasaa-kebiasaan duniawi masuk dalam pribadi, pernikahan, keluarga, pekerjaan dan pelayanan. Ambillah batas yang jelas. Sekeras apapun tantangan kita harus berani menolak ajakan untuk kembali pada perilaku hidup lama. Lawan dengan kebenaran Firman Tuhan. Ingat! Tidak ada hal yang lebih pasti dibanding dengan kebenaran Firman Tuhan
- Ketika kita gagal menemukan “kebocoran” dalam hidup kita.
Mungkin sudah menemukan kebocoran tetapi cuek atau berkompromi dengan kebocoran itu, tidak segera bertindak menutup kebocoran. Evaluasi/intropeksi kehidupan kita untuk meminimalisir kebocoran yang bisa terjadi.
Para murid dilanda kepanikan karena mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya perahu tidak mengalami kebocoran. Mengantisipasi hal ini, lalu apa yang harus kita lakukan? Ingat! Matius 26:41 “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Restorasi berbicara secara pribadi. Titik kritis – potensi kebocoran kita adalah di daging yang lemah. Oleh sebab itu kita harus WASPADA.
3. Markus 4:38 “Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Kisah ini berbicara tentang Tuhan Yesus sebagai manusia yang kekuatan fisikNya bisa melemah. Ketika dilanda kelelahan Yesus tertidur. Ketakutan kita seharusnya adalah :
- Ketika tidak ada TUHAN di dalam “perhu” kehidupan kita.
Lebih baik bagi kita berada di dalam perahu bersama Tuhan sekalipun sedang di tengah badai, daripada berada di daratan yang aman tetapi tanpa kehadiran Tuhan. Ketakutan kita seharusnya adalah ketika tidak ada TUHAN di dalam perahu kehidupan kita.
- Ketika kita tidak bisa tidur nyenyak waktu menghadapi badai kehidupan
Mazmur 3:6 “Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!
Daud mengalami permasalahan yang besar, tetapi ia bisa mengelola kehidupannya dengan tidur pada waktunya dan bisa bangun karena kekuatan yang dari Tuhan. Ketika kita tidak bisa tidur nyenyak waktu menghadapi badai kehidupan, itulah yang kita takutkan. Tubuh dan pikiran kita harus memiliki waktu khusus untuk beristirahat
Ada beberapa ayat yang berbicara tentang TIDUR :
- Mazmur 4:4 “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.”
Tidur adalah tempat meluapkan emosi dalam keheningan
- Mazmur 6:6 “Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.”
Tidur juga tempat dan waktu untuk curhat dengan Tuhan
- Mazmur 36:7-8 “Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.”
Tidur adalah moment untuk meriview kebaikan dan pertolongan Tuhan
- INGAT! Mazmur 121:1-8 (4) “Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.”
Tuhan Allah, Penjaga kita tidak pernah terlelap.
- INGAT! Matius 6:27 “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Kekuatiran tidak berdampak positif dalam kehidupan kita.. “Tidur” di tengah badai menandakan keberserahan kita kepada TUHAN
4. Markus 4:38-40 “Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? “
“Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Bukankah ucapan yang menyakitkan ini sering kita sampaikan juga kepada Tuhan? Menganggap seolah-olah Tuhan tidak ada, Tuhan tidak peduli.
Yesus merespon Tindakan para murid dengan menghardik badai dan berkata “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? “ Para murid sudah mengikut Yesus, sebenarnya sudah sangat mengetahui kuasaNya yang dahsyat. Tetapi menjadi seperti orang asing yang tidak mengenal Yesus karena kepanikan menghadapi badai. Ketakutan kita seharusnya adalah
- Ketika kita tidak MENGENAL TUHAN DENGAN BENAR.
- Ketika kita tidak sadar akan besarnya kuasa iman orang percaya
I Yohanes 5:4-5 “ebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? Kita diberi iman untuk mengalahkan dunia
Lukas 18:8 “Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Mari berjuang untuk terus mempertahakan iman kita. Jika kita lalai menjaga iman, maka amukan badai yang dahsyat bisa menggerus iman kita.
8 faktor yang bisa menyebabkan ketakutan :
- Ketika Kehendak Kita Berseberangan Dengan Kehendak Tuhan
- Ketika Kita Gagal Menemukan Tujuan Mulia Tuhan didalam Hidup kita Dibumi Ini.
- Ketika Kita ‘Mengijinkan’ Hal-hal Duniawi masuk kedalam hidup Kita.
- Ketika Kita Gagal Menemukan ‘Kebocoran’ dalam hidup kita.
- Ketika tidak ada TUHAN didalam ‘perahu’ kehidupan kita.
- Ketika Kita Tidak Bisa Tidur Nyenyak waktu menghadapi Badai Kehidupan.
- Ketika kita TIDAK MENGENAL TUHAN DENGAN BENAR.
- Ketika Kita Tidak Sadar akan Besarnya Kuasa Iman Orang Percaya.
Bukan badai (eksternal) yang harus ditakuti, tetapi bagaimana kondisi diri (internal) kita. Mari intropeksi
Penutup, ketakutan terbesar manusia adalah DOSA – yang memutus hubungan manusia dengan Allah. I Korintus 15:3-4 “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” Ketakutan Terbesar Kita sebagai Manusia yang Berdosa sudah diselesaikan diatas Kayu Salib. Masuklah dalam kehendak Tuhan, disana ada damai dan perlindungan Tuhan Di dalam Tuhan, tidak ada hal-hal yang mebuat kita takut lagi.
PENGORBANAN KRITUS DI KAYU SALIB
MERUBAH FEAR FACTOR MENJADI FEARLESS
Tuhan Yesus memberkati (Cy-M)